Kamis, 02 Mei 2013
Permainan Tradisional
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketidakmampuan siswa dalam
memikirkan atau membayangkan tentang materi yang diajarkan oleh guru seringkali
membuat komunikasi antar guru dan siswa menjadi tidak searah. Banyak dari siswa
yang mengaku tidak mengerti, tidak dapat memahami tentang materi yang
diajarkan. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran yang tidak kondusif.
Sehingga banyak siswa akan merasa diri tidak mampu untuk mengikuti pelajaran.
Matematika telah menjadi momok
pelajaran yang sulit dan ditakuti oleh siswa. Banyak diantara siswa ketika
mendapatkan pelajaran matematika malah tidak menghiraukan guru karena
mengatakan bosan dan tidak menarik. Matematika sendiri adalah pelajaran yang
bersifat abstrak sehingga siswa akan sulit membayangkan tentang materi yang
sedang diajarkan. Dalam kaitannya dengan media pembelajaran banyak hal yang
telah dicoba diterapkan.
Permainan tradisional telah lahir
sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari proses kebudayaan manusia zaman dahulu
yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan local. Meskipun sudah sangat tua,
ternyata permainan tradisional memiliki peran edukasi yang sangat manusiawi
bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak. Dikatakan demikian,
karena secara alamiah permainan tradisional mampu menstimulasi berbagai
aspek-aspek perkembahan anak yaitu : motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial,
spiritual, ekologis, dan nilai/moral (misbach, 2006). Dengan kata lain,
permainan tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah permainan tradisional “bekel” berpotensi
sebagai media pembelajaran matematika yang inovatif sehingga siswa menjadi
gemar belajar matematika.
C.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis potensi permainan tradisional “bekel”
sebagai media pembelajaran matematika, sekaligus sebagai upaya melestarikan
budaya bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permainan Bekel
John Dewey (2009) menyatakan masalah
sentral dari pendidikan berbasis pengalaman adalah memilah dan memilih jenis
pengalaman saat ini yang tumbuh subur dan kreatif dalam pengalaman-pengalaman
selanjutnya. Pengalaman melakukan Permainan tradisional bekel merupakan jenis
pengalaman yang tumbuh subur dan mendukung pengalaman belajar konsep matematika
Alat permainan adalah bola bekel,
biji bekel (cangkang keong, tutup botol minuman ringan). Biji bekel yang
sesungguhnya adalah benda berbentuk miniatur becak dari jepang yang ditarik
oleh manusia, terbuat dari kuningan, timbel, atau plastik, mempunyai empat sisi
berbeda.
Cara bermain :
Permainan dilakukan dengan
berpedoman pada peraturan sebagai berikut:
1. Pemain
mengumpulkan sejumlah sejenis cangkang keong, tutup botol minuman ringan di
lantai, dan bola di tangan pemain.
- Melakukan pengambilan tanpa pengembalian biji bekel pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul, selanjutnya ditangkap.
- Setelah bola bekel dilempar pemain mengambil satu biji bekel kemudian segera menangkap bola bekel sebelum jatuh untuk kedua kalinya.
- Melakukan langkah ke-2.1.3 secara berulang, sampai biji bekel terambil semua dari lantai.
- Melakukan langkah ke-2.1.4, bedanya, pada setiap lemparan dua biji bekel terambil, setelah habis dilanjutkan dengan 3 biji bekel, 4 biji bekel, dst.
- Menyamakan posisi biji bekel dengan merubah posisi biji bekel satu-persatu pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul selanjutnya ditangkap.
- Melakukan langkah ke-2.1.4 dan ke-2.1.5 sampai habis biji bekel dilantai.
Permainan dilakukan dengan
berpedoman pada aturan-aturan permainan yang saling mendukung, demikian juga
matematika, dioperasikan dengan algoritma-algoritma yang saling mendukung,
serta tidak tumpang tindih. Jika terdapat pelanggaran terhadap aturan
permainan, maka pemain dikatakan “curang”/ tidak “fair”, bagitu juga dalam
operasi matematika, jika operasi tidak sesuai dengan algoritma matematika, maka
operasinya salah. Karena terdapat kesesuaian antara aturan-aturan permaian dan
algoritma-algoritma matematika, maka penelitian akan mengungkap konsep
matematika dalam permainan tradisional bekel.
B. Penerapan
Pada Konsep Matematika
Dilakukan analisis rasional terhadap
aturan permainan tersebut, sehingga ditemukan beberapa konsep matematika
sebagai berikut:
1.
Konsep Klasifikasi
Pemain mengetahui biji bekel,
cangkang keong, tutup botol minuman ringan dengan cara mengklasifikasikan jenis
benda-benda tersebut. Kemudian saat permainan berlangsung pemain menyamakan
sisi biji bekel, penyamaan sisi biji bekel merupakan klasifikasi terhadap bangun
ruang sederhana.
2.
Konsep Menghitung
Diawal permainan, setiap pemain
mengetahui berapa banyak biji bekel yang digunakan sebagai alat permainan. Jika
terdapat 10 biji bekel, maka setiap kali pemain mengambil biji bekel dilantai,
pemain juga menghitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yaitu sudah berapa kali
pemain melakukan pengambilan, serta menghitung biji bekel yang diambil saat
melakukan pengambilan.
3.
Konsep Penjumlahan
Saat pemain mengambil satu persatu
biji bekel maka proses penjumlahan terjadi di tangan pemain. Pemain juga dapat
mengambil dua biji bekel dalam setiap pengambilan; artinya terdapat proses
penjumlahan 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel menjadi 6
biji bekel.
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 6
2 + 2 + 2 = 6
3 + 3 = 6
4.
Konsep Pengurangan
Setiap kali pemain mengambil satu
persatu atau dua-dua biji bekel maka proses pengurangan terjadi di lantai yaitu
sepuluh di ambil satu, diambil satu, diambil satu jadi sisa tujuh biji bekel.
10 – 1 – 1 – 1 = 7 atau 10 – 3 = 7
10 – 2 – 2 – 2 – 2 = 2 atau 10 – 8 = 2
5.
Konsep Perkalian
Setiap kali pemain mengambil satu
persatu biji bekel maka proses perkalian terjadi di tangan, yaitu banyaknya
biji bekel setiap pengambilan dikali banyaknya proses pengambilan. Satu biji
bekel pada pengambilan pertama, satu lagi biji bekel pada pengambilan ke 2,
satu lagi biji bekel pada pengambilan ketiga, jadi ditangan terdapat 3 biji
bekel dari tiga kali pengambilan.
3 x 2 = 6 “Artinya 2 biji bekel
diambil tanpa pengembalian, dilakukan 3 kali pengambilan, sehingga didapat 6
biji bekel yang sudah terambil. Dapat juga dikatakan 3 bekel diambil tanpa
pengembalian, dilakukan 2 kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang
sudah terambil.”
3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 atau 3 x 2 = 3 + 3 = 6
6.
Konsep Pembagian
Proses pembagian terjadi di lantai
yaitu jika terdapat sepuluh biji bekel dilantai akan diambil dengan cara tiga
biji bekel pada setiap kali melakukan pengambilan. Ambil tiga biji bekel pada
pengambilan pertama, tiga lagi biji bekel pada pengambilan kedua, lalu tiga biji
bekel pada pengambilan ketiga, kemudian sisa satu biji bekel belum terambil.
Artinya sepuluh biji bekel dibagi tiga biji bekel disetiap pengambilan, sama
dengan atau terjadi tiga kali pengambilan sisa satu biji bekel.
10 : 3 = 3 sisa 1 (artinya terdapat 10
biji bekel, diambil 3 biji pada setiap pengambilan tanpa pengembalian, sehingga
didapatkan 3 kali pengambilan, sisa 1 biji bekel yang belum diambil).
10 : 2 = 5 (artinya terdapat 10 buah
biji bekel, diambil dua biji pada setiap pengabilan tanpa pengembalian,
sehingga didapatkan 5 kali pengambilan).
Pemanfaatan Lingkungan Sekitar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat
berdaya guna dan mandiri. Selain itu, pendidikan sangat penting dalam
pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah maupun sampai
tingkat perguruan tinggi.
Matematika merupakan salah satu bidang
studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal itu, dapat dilihat
dari jam pelajaran matematika yang lebih banyak dibanding mata pelajaran lain.
Pembelajarn matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan sampai perguruan
tinggi. Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran matematika, pemerintah
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan penguasaan matematika siswa
melalui berbagai cara diantarnya mengadakan penataran bagi para guru,
peningkatan nilai minimal ujian nasional dan masih banyak lagi. Selain itu, guru
juga harus mampu mengajarkan matematika dengan baik, mudah dipahami siswa dan
tidak membosankan. Salah satu caranya bisa menggunakan bantuan alat peraga
matematika.
Bilangan
bulat merupakan salah satu komponen matematika yang sangat penting dan mendasar
yang harus dipahami setiap siswa. Pada materi bilangan bulat, siswa diharapkan
mampu melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan media berupa
alat peraga biji.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Adakah peningkatan keterampilan berhitung siswa
setelah digunakan alat peraga biji-bijian?
2. Bagaimanakah penggunaan media sekaligus metode
belajar matematika yang dapat meningkatkan ketrampilan berhitung siswa,
sehingga memberikan pengaruh positif terhadap pendidikan siswa dijenjang yang
lebih tinggi?
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang
diuraikan tersebut, maka tujuan dilakukanya penelitian ini adalah :
a.
Untuk
meningkatkan ketrampilan berhitung siswa setelah digunakan alat peraga biji
pada materi bilangan bulat
b.
Untuk
meningkatkan kualitas proses berhitung matematika setelah digunakan media
berupa alat peraga biji, sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap
pendidikan siswa dijenjang yang lebih tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penggunaan alat peraga “Biji” pada operasi
bilangan bulat
Operasi hitung yaitu suatu pengerjaan dalam pembelajaran
matematika, baik itu dalam bentuk penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan
pembagian.
Menurut Nuharini, “bilangan bulat adalah bilangan yang
dapat dinotasikan dengan Z = {.....-2, -1, 0, 1, 2, 3......}”(Nuharini Dewi,
2008: 5). Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, nol (0), dan
bilangan bulat negatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bilangan bulat
merupakan bilangan yang terdiri dari bulat positif {1, 2, 3,......}, bulat
negatif {...-3, -2, -1 }, dan nol {0}. Bilangan bulat biasanya dinotasikan
dengan lambang huruf Z.
Dalam
matematika terdapat empat operasi hitung yaitu penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian. Operasi hitung bilangn bulat adalah oprasi hitung
pada bilangan bulat saja. Dalam operasi hitung bilangan bulat, banyak alat
peraga yang dapat digunakan. Diantaranya permainan dengan menggunakan biji .
Alat peraga biji digunakan untuk memberikan pemahaman tentang pengerjaan
bilangan dengan menggunakan pendekatan konsep himpunan. Sesuai konsep pada
himpunan, kita dapat “Menggabungkan” atau “memisahkan” dua himpunan yang dalam
hal ini anggotanya berbentuk . Bentuk biji ini adalah setengah lingkaran yang
apabila digabungkan akan membentuk lingkaran. Biji ini akan dibuat dalam bentuk
2 warna yaitu hijau untuk positif dan merah untuk negatif. Dalam alat ini, bilangan
nol diperlihatkan oleh dua buah biji dengan berbeda warna yang dihimpitkan pada
sisi diameternya, sehingga terbentuk lingkaran penuh. Bentuk netral ini
digunakan pada saat melakukan operasi pengurangan a – b dengan b lebih besar
dan a atau b merupakan bilangan negatif.
Dalam konsep himpunan, operasi gabung
atau proses penggabungan dapat diartikan sebagai penjumlahan, dan proses
pemisahan atau pengambilan dapat diartikan sebagai pengurangan. Berarti kalau
kita menggabungkan sejumlah biji ke dalam kelompok biji lain, maka sama halnya
dengan melakukan penjumlahan.
Sebaliknya kalau kita melakukan proses pemisahan
sejumlah biji keluar dari kelompok biji, maka sama halnya dengan melakukan pengurangan, Muhsetyo (dalam Herlina Cici, 2006).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam operasi
penjumlahan bilangan bulat adalah ( Herlina Cici, 2006 ) :
a)
Jika a dan b kedua-duanya merupakan
bilangan positif atau bilangan negatif, maka gabungkan sejumlah biji ke dalam
kelompok biji lain yang berwarna sama.
Contoh
: (-3 ) + (-3)
1).
Tempatkan 3 buah biji yang berwarna merah ( bertanda negatif) ke papan.
2). Gabungkan biji lagi berwarna merah sebanyak
3 buah ke dalam papan.
3). Setelah proses
penggabungan, maka terlihat ada 6 buah manik-manin berwarna merah. Jadi (-3) +
(-3) = -6
b) Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif
atau sebaliknya, maka gabungkan sejumlah biji yang mewakili positif kedalam
kelompok biji yang mewakili bilangan negatif. Selanjutnya, lakukan proses
pemetaan (penghimpitan) antara dua kelompok tersebut. Sehingga menjadi
lingkaran penuh yang bertujuan untuk mencapai sebanyak-banyaknya kelompok biji
yang bernilai nol. Biasanya setelah proses pemetaan dilakukan akan menyisakan biji
dengan warna tertentu yang merupakan hasil dari penjumplahan.
Contoh : 2 + (-4) = ....
1) Tempatkan 2 buah manik-mnaik berwarna hijau
(beryanda positif ) pada papan.
2)
Gabungkan atau tambahkan 4 buah biji yang
berwarna merah ke dalam papan.
3)
Lakukan pemetaan antara biji yang
berwarna hijau dengan biji yang berwarna merah, sehingga bernilai netral lalu
dikeluarkan.
4)
Dari hasil pemetaan terlihat adanya 2
buah lingkaran penuh dan menyisakan 2 buah biji yang berwarna merah. Jadi (2) +
(-4) = -2
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pengurangan adalah :
a)
Jika a dan b merupakan bilangan positif
dan a lebih besar dari b maka pisahkan secara langsung sejumlah b biji keluar
dari kelompok biji berjumlah a.
Contoh : 4 – 3
=............
1)
Tempatkan 4 buah biji berwarna hijau (
bertanda positif) ke dalam papan.
2) Ambil
atau pisahkan 3 buah biji keluar dari papan.
3) Setelah dikeluarkan maka tersisa 1 buah biji
yang berwarna hijau. Jadi 4 – 3 = 1
b)
Jika
a dan b merupakan positif dan a lebih kecil dari b maka, sebelum
memisahkan sejumlah b biji yang bilangannya lebih besar dari a, terlebih dulu
gabungkan sejumlah biji yang akan dipisahkan.
Contoh : 3 – 5
=.....
1).
Tempatkan 3 buah mnaik-manik yang berwarna hijau ( bernilai positif) ke papan.
2). Akan diambil
sebanyak 5 buah biji, tetapi hanya ada 3 buah biji di dalam papan. Oleh karena
itu, harus menambahkan 2 buah biji yang bernilai netral.
3). Selanjutnya kita
bisa mengambil 5 buah biji yang berwarna hijau ( bernilai positif)
4). Dari hasil
tersebut, maka terlihat ada 2 buah biji yang tersisa berwarna merah. Jadi 3 – 5
= -2
c)
Jika a bilangan positif dan b bilangan
negatif maka sebelum memisahkan sejumlah b biji yang bernilai negatif terlebih
dahulu harus menggabungkan sejumlah biji yang bersifat netral dan dan banyaknya
tergantung pada besarnya bilangan b.
Contoh : 3- (-5)
= ....
1). Tempatkan 3
buah biji yang berwarna hijau ke papan.
2).
Seharusnya kita mengambil 5 buah manik-mnaik berwarna merah (bertanda negatif)
tetapi sejumlah biji berwarna merah belum ada, maka kita menambahkan 5 buah biji
yang bernilai netral sebanyak 5 buah.
3).
Selanjutnya kita bisa mengambil 5 buah biji yang berwarna merah dari papan.
4).
Dari hasil pengambilan, terliahat bahwa tersisa 8 buah biji yang berwarna hijau
(bertanda positif). Jadi 3 – (-5) = 8
d) Jika
a bilangan negatif dan b bilangan positif, maka sebelum melakukan proses pemisahan
sejumlah b biji yang bernilai positif dari kumpulan biji yang bernilai negatif,
terlebih dahulu harus menambahkan sejumlah biji yang bersifat netral ke dalam
kumpulan yang banyaknya tergantung pada besarnya b.
Contoh : (-3) – 5 =.....
1). Tempatkan 3 buah biji yang
berwarna merah pada papan
2).
Seharusnya kita mengambil 5 buah biji yang berwarna hijau (bernilai positif),
tetapi belum ada, maka kita harus menambahkan sejumlah biji yang bernilai
netral sebanyak 5 buah.
3). Selanjutnya
kita mengambil 5 buah biji yang berwarna hijau dari papan.
4).
Dari hasil pengambilan tersebut, tersisa 8 buah biji yang berwarna merah. Jadi
(-3) – 5 = -8
e)
Jika a dan b merupakan bilangan negatif
dan a lebih besar dari b, maka sebelum melakukan proses pemisahan
sejumlah b biji yang bilanganya lebih kecil dari a , terlebih dahulu harus
melakukan proses penggabungan sejumlah biji yang bersifat netral kedalam
kumpulan biji a dan banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya biji yang
akan dipisahkan.
Contoh : (-3) – (-5) =.....
1)
Tempatkan 3 buah biji yang berwarna
merah pada papan.
2).
Seharusnya, kita mengambil 5 buah biji yang berwarna merah, tetapi hanya ada 3
buah biji yanb berwarna merah, sehingga kita harus menambahkan 2 buah biji yang
bersifat netral.
3).
Selanjutnya, kita dapat mengambil 5 buah biji yang berwarna merah dari papan.
4).
Dari hasil pengambilan tersebut, tersisa 2 buah biji yang berwarna hijau. Jadi
(-3) – (-5) = 2
f) Jika a dan b merupakan bilangan negatif dan a
lebih kecil dari b, maka pisahkan secara langsung sejumlah b biji keluar dari
kelompok biji berjumlah a.
Contoh : (-5) – (-3) =.....
1). Tempatkan 5 buah biji yang berwarna merah ke dalam papan.
2). Ambil atau pisahkan 3 buah biji yang bernilai negatif
(berwarna merah) dari papan.
3). Setelah proses
pemisahan, tersisa 2 buah manik-mnaik yang berwarna merah. Jadi (-5) – (-3) =
-2
B.
Manfaat
Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika
Ada
banyak hal yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari proses pembelajaran.
Misalnya, suara musik penjual es krim, gangguan teman sebaya yang bosan,
temannya yang usil . Semua itu dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam
mengikuti materi. Oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat
mempertahankan konsentrasi siswa. Hal ini bukan pekerjaan mudah, karena semakin
muda seseorang, kemampuannya untuk mencurahkan perhatian pun semakin pendek.
Jika Guru hanya bercerita secara lisan dan monoton maka kurang dari 5 menit,
perhatian siswa sudah berpindah ke hal lain. Dari kasus tersebut, guru
memerlukan sebuah inovasi untuk membuat anak didiknya semangat dan termotivasi
untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Salah satunya dengan penggunaan alat
peraga. Menurut (Yasmin, 2011) bahwa alat peraga yang
berbentuk gambar sketsa, bagan dan lain-lain bermanfaat untuk memudahkan penerimaan suatu konsep yang jelas
dengan segera, dapat merangsang pikiran, juga dapat memberikan penerangan dan
penjelasan yang baru dan nyata.
Waktu
untuk menyampaikan pelajaran sering kali sangat terbatas. Bila pelajaran hanya
disampaikan dengan kata-kata saja mungkin dapat disalahpahami oleh
pendengarnya, belum lagi waktu yang dipakai juga panjang. Namun dengan bantuan
alat-alat peraga, guru bukan saja dapat menjelaskan banyak hal dalam waktu yang
lebih singkat, juga dapat mencapai hasil mengajar dengan lebih cepat.
Manfaat alat
peraga juga dapat membangkitkan emosi manusia.
Ada pepatah: “sebuah gambar mewakili ribuan kata-kata.” Menyampaikan suatu
berita dengan gambar-gambar akan lebih berhasil dibandingkan dengan hanya
melalui kata-kata. Apalagi bila ada suara hidupnya tentu akan lebih mudah
menyampaikan berita tertentu dibandingkan dengan melalui kata-kata (Yasmin,
2011).
Langganan:
Postingan (Atom)