BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketidakmampuan siswa dalam
memikirkan atau membayangkan tentang materi yang diajarkan oleh guru seringkali
membuat komunikasi antar guru dan siswa menjadi tidak searah. Banyak dari siswa
yang mengaku tidak mengerti, tidak dapat memahami tentang materi yang
diajarkan. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran yang tidak kondusif.
Sehingga banyak siswa akan merasa diri tidak mampu untuk mengikuti pelajaran.
Matematika telah menjadi momok
pelajaran yang sulit dan ditakuti oleh siswa. Banyak diantara siswa ketika
mendapatkan pelajaran matematika malah tidak menghiraukan guru karena
mengatakan bosan dan tidak menarik. Matematika sendiri adalah pelajaran yang
bersifat abstrak sehingga siswa akan sulit membayangkan tentang materi yang
sedang diajarkan. Dalam kaitannya dengan media pembelajaran banyak hal yang
telah dicoba diterapkan.
Permainan tradisional telah lahir
sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari proses kebudayaan manusia zaman dahulu
yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan local. Meskipun sudah sangat tua,
ternyata permainan tradisional memiliki peran edukasi yang sangat manusiawi
bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak. Dikatakan demikian,
karena secara alamiah permainan tradisional mampu menstimulasi berbagai
aspek-aspek perkembahan anak yaitu : motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial,
spiritual, ekologis, dan nilai/moral (misbach, 2006). Dengan kata lain,
permainan tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah permainan tradisional “bekel” berpotensi
sebagai media pembelajaran matematika yang inovatif sehingga siswa menjadi
gemar belajar matematika.
C.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisis potensi permainan tradisional “bekel”
sebagai media pembelajaran matematika, sekaligus sebagai upaya melestarikan
budaya bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permainan Bekel
John Dewey (2009) menyatakan masalah
sentral dari pendidikan berbasis pengalaman adalah memilah dan memilih jenis
pengalaman saat ini yang tumbuh subur dan kreatif dalam pengalaman-pengalaman
selanjutnya. Pengalaman melakukan Permainan tradisional bekel merupakan jenis
pengalaman yang tumbuh subur dan mendukung pengalaman belajar konsep matematika
Alat permainan adalah bola bekel,
biji bekel (cangkang keong, tutup botol minuman ringan). Biji bekel yang
sesungguhnya adalah benda berbentuk miniatur becak dari jepang yang ditarik
oleh manusia, terbuat dari kuningan, timbel, atau plastik, mempunyai empat sisi
berbeda.
Cara bermain :
Permainan dilakukan dengan
berpedoman pada peraturan sebagai berikut:
1. Pemain
mengumpulkan sejumlah sejenis cangkang keong, tutup botol minuman ringan di
lantai, dan bola di tangan pemain.
- Melakukan pengambilan tanpa pengembalian biji bekel pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul, selanjutnya ditangkap.
- Setelah bola bekel dilempar pemain mengambil satu biji bekel kemudian segera menangkap bola bekel sebelum jatuh untuk kedua kalinya.
- Melakukan langkah ke-2.1.3 secara berulang, sampai biji bekel terambil semua dari lantai.
- Melakukan langkah ke-2.1.4, bedanya, pada setiap lemparan dua biji bekel terambil, setelah habis dilanjutkan dengan 3 biji bekel, 4 biji bekel, dst.
- Menyamakan posisi biji bekel dengan merubah posisi biji bekel satu-persatu pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul selanjutnya ditangkap.
- Melakukan langkah ke-2.1.4 dan ke-2.1.5 sampai habis biji bekel dilantai.
Permainan dilakukan dengan
berpedoman pada aturan-aturan permainan yang saling mendukung, demikian juga
matematika, dioperasikan dengan algoritma-algoritma yang saling mendukung,
serta tidak tumpang tindih. Jika terdapat pelanggaran terhadap aturan
permainan, maka pemain dikatakan “curang”/ tidak “fair”, bagitu juga dalam
operasi matematika, jika operasi tidak sesuai dengan algoritma matematika, maka
operasinya salah. Karena terdapat kesesuaian antara aturan-aturan permaian dan
algoritma-algoritma matematika, maka penelitian akan mengungkap konsep
matematika dalam permainan tradisional bekel.
B. Penerapan
Pada Konsep Matematika
Dilakukan analisis rasional terhadap
aturan permainan tersebut, sehingga ditemukan beberapa konsep matematika
sebagai berikut:
1.
Konsep Klasifikasi
Pemain mengetahui biji bekel,
cangkang keong, tutup botol minuman ringan dengan cara mengklasifikasikan jenis
benda-benda tersebut. Kemudian saat permainan berlangsung pemain menyamakan
sisi biji bekel, penyamaan sisi biji bekel merupakan klasifikasi terhadap bangun
ruang sederhana.
2.
Konsep Menghitung
Diawal permainan, setiap pemain
mengetahui berapa banyak biji bekel yang digunakan sebagai alat permainan. Jika
terdapat 10 biji bekel, maka setiap kali pemain mengambil biji bekel dilantai,
pemain juga menghitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yaitu sudah berapa kali
pemain melakukan pengambilan, serta menghitung biji bekel yang diambil saat
melakukan pengambilan.
3.
Konsep Penjumlahan
Saat pemain mengambil satu persatu
biji bekel maka proses penjumlahan terjadi di tangan pemain. Pemain juga dapat
mengambil dua biji bekel dalam setiap pengambilan; artinya terdapat proses
penjumlahan 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel menjadi 6
biji bekel.
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 6
2 + 2 + 2 = 6
3 + 3 = 6
4.
Konsep Pengurangan
Setiap kali pemain mengambil satu
persatu atau dua-dua biji bekel maka proses pengurangan terjadi di lantai yaitu
sepuluh di ambil satu, diambil satu, diambil satu jadi sisa tujuh biji bekel.
10 – 1 – 1 – 1 = 7 atau 10 – 3 = 7
10 – 2 – 2 – 2 – 2 = 2 atau 10 – 8 = 2
5.
Konsep Perkalian
Setiap kali pemain mengambil satu
persatu biji bekel maka proses perkalian terjadi di tangan, yaitu banyaknya
biji bekel setiap pengambilan dikali banyaknya proses pengambilan. Satu biji
bekel pada pengambilan pertama, satu lagi biji bekel pada pengambilan ke 2,
satu lagi biji bekel pada pengambilan ketiga, jadi ditangan terdapat 3 biji
bekel dari tiga kali pengambilan.
3 x 2 = 6 “Artinya 2 biji bekel
diambil tanpa pengembalian, dilakukan 3 kali pengambilan, sehingga didapat 6
biji bekel yang sudah terambil. Dapat juga dikatakan 3 bekel diambil tanpa
pengembalian, dilakukan 2 kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang
sudah terambil.”
3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 atau 3 x 2 = 3 + 3 = 6
6.
Konsep Pembagian
Proses pembagian terjadi di lantai
yaitu jika terdapat sepuluh biji bekel dilantai akan diambil dengan cara tiga
biji bekel pada setiap kali melakukan pengambilan. Ambil tiga biji bekel pada
pengambilan pertama, tiga lagi biji bekel pada pengambilan kedua, lalu tiga biji
bekel pada pengambilan ketiga, kemudian sisa satu biji bekel belum terambil.
Artinya sepuluh biji bekel dibagi tiga biji bekel disetiap pengambilan, sama
dengan atau terjadi tiga kali pengambilan sisa satu biji bekel.
10 : 3 = 3 sisa 1 (artinya terdapat 10
biji bekel, diambil 3 biji pada setiap pengambilan tanpa pengembalian, sehingga
didapatkan 3 kali pengambilan, sisa 1 biji bekel yang belum diambil).
10 : 2 = 5 (artinya terdapat 10 buah
biji bekel, diambil dua biji pada setiap pengabilan tanpa pengembalian,
sehingga didapatkan 5 kali pengambilan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar